Reporter Agustinus Aban
indotimex.com, Kefamenau– Panitia Penyelenggara Prosesi jalan Salib hidup kembali menggelar Prosesi Jalan Salib Hidup di Gua Santa Maria Siti Bitauni, Kelurahan Bitauni, Kecamatan insana Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada,(29/03/2024)
Prosesi jalan salib hidup ini sangat memberi peran penting bagi generasi muda dan keluarga serta masyarakat pada umumnya, dalam menyikapi tantangan hidup berdasarkan kisah sengsara Yesus Kristus.
Prosesi yang berdurasi kurang dari 5 jam, sejak pukul 9:00 pagi, dan itu dihadiri dari berbagai pelosok kampung, desa, maupun perkotaan, semua turut hadir dan menyaksikan.
Prosesi jalan salib hidup yang diperankan oleh para pemuda, siswa SMA, THS-THM, dan OMK Paroki Sta Pengantara Segala Rahmat Kiupukan , Stasi Gua. Sta Maria Siti Bitauni.
Itu dimulai dari kaki Gua Sta. Maria Siti Bitauni Kemudian menuju taman Getsemani, lanjut ke Golgota, untuk diadili.
Dibawah mendung langit kelabu, dengan sedikit ampas gemercik rintik gerimis, tablo bahkan panaspun itu dimulai.
Para prajurit berseragam lengkap pemakaiannya, masing-masing memegang tombak, dan perisai pun tiba-tiba berlari memecah ketenangan sesuai Yesus menandaskan Doanya Kepada Bapa.
Tidak banyak berpikir, tiba-tiba para prajurit langsung menangkap Yesus lalu membawanya ke Pontius Pilatus untuk diadili, dan dihukum mati lewat penyaliban.
Pendalaman serta penjiwaan peran yang dimainkan sosok Yesus dengan penuh penghayatan. Sangat membuat semua umat yang hadir saat itu, terasa sedih, tersentuh, dan bahkan ada yang jatuh air matanya.
Mereka terus lanjut berjalan, dan sebuah salib sudah ada di pundak Yesus. Yesus pun berjalan memikul salib tersebut. Yesus berjalan dengan siksaan demi siksaan, serta madah lantunan nada minor menuju Golgota.
Yesus dilihat sangat tersiksa, dan benar-benar tersiksa, dan menyedihkan. Tapi Yesus tetap berusaha dan tetap kuat untuk mampu memikul salib, dengan sebuah penderitaan yang ia pikul.
Yesus merasa bersalah, berdosa, sehingga ia dihukum dan diadili, dengan sangsi-sangsi yang begitu berat.
Akan tetapi Yesus tetap memikul penderitaan itu, memikul salib yang begitu berat, ia disiksa mati-matian, tapi ia tetap kuat demi, menyelamatkan dosa-dosa manusia.
Pada beberapa perhentian, lintangan air mata seluruh ribuan umat yang hadir tak terbendung. Rasa tangis haru itu kemudian menuntun langkah penderitaan Yesus hingga wafat diatas kayu salib yang terpancang tepat di puncak Gua Sta. Maria Siti Bitauni.