Tim Redaksi
INDOTIMEX.COM – Hari Arwah Sedunia atau All Souls’ Day diperingati setiap tanggal 2 November. Peringatan ini merupakan acara sakral dalam gereja Katolik untuk mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia.
Umat Katholik di seluruh dunia menjadikan momen sakral ini untuk berdevosi mendoakan arwah kaum keluarganya yang telah meninggal dunia.
Dengan keyakinan dan kepercayaan iman bahwa arwah yang telah meninggal dunia selalu dan senantiasa sangat mengharapkan doa-doa dari kaum keluarga yang masih berziarah didunia sebagai bantuan untuk penghapusan dosa mereka sehingga kelak mendapatkan keabadian bersama kalangan para Kudus disurga.
Setiap tahunnya umat Katholik melaksanakan ritual iman ini dengan mengunjungi makam-makam, membersihkan dan menghiasi makam tersebut kemudian berdoa bersama keluarga sambil menyalakan lilin dan dupa.
Tradisi ini juga dilakukan oleh umat Katholik di Kepulauan Kei.Sehari sebelum peringatan hari Arwah, kaum keluarga berkunjung ke makam-makam untuk membersihkan dan menghiasi makamnya. Ketika waktu peringatan biasanya dilaksanakan misa requem pada lokasi makam. Seluruh umat mengikuti misa tersebut dan Mendokan kaum keluarganya.
Hari Arwah Sedunia merupakan kelanjutan dari perayaan Hari Orang Kudus yang jatuh pada 1 November. Kedua peringatan ini memiliki makna yang dekat sehingga gereja merayakannya secara berurutan.
Pada Hari Arwah Sedunia, umat Katolik biasanya mengadakan Misa Requiem. Selain itu, kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka Hari Arwah Sedunia adalah: Mendoakan sanak kerabat yang telah meninggal dunia, Ziarah ke makam, Hidangan makanan khusus.
Dalam Katolik Roma, Hari Arwah memperingati orang-orang Kristen yang dibaptis yang diyakini berada di api penyucian. Api penyucian adalah kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya.
Tanggal 2 November di Fatunisuan
Tanggal 2 November menjadi hari peringatan yang sekiranya bisa menyumbangkan pengetahuan baru.
Bahwa di Timor ada satu tradisi yang masih awet dan lestari, tetap dijalankan dan dipelihara turun-temurun yaitu ‘tradisi ziarah ke makam’ yang dilakukan setiap tanggal 2 November.
Tanggal ini memiliki persamaan dengan peringatan 10 November. Bahwa keduanya merupakan hari peringatan akan mereka yang sudah meninggal.
Pada tanggal ini, keluarga-keluarga akan mengunjungi makam keluarga – tempat peristirahatan orang- orang tercinta, kerabat dan teman yang sudah meninggal.
Biasanya orang membawa lilin, bunga untuk dibakar dan ditaburkan di atas makam. Selain itu, keluarga-keluarga juga membawa makanan khusus seperti nasi kuning, daging. Minuman seperti teh, kopi dan juga ‘sopi’ (tua meto) sopi kampung
Lilin dibakar dan bunga ditaburkan di atas makam. Keluarga-keluarga akan menghidangkan makanan dan minuman terlebih dahulu kepada arwah yang dikunjungi. Makanan dan minuman akan disediakan di piring dan gelas terpisah yang kemudian diletakkan di atas makam.
Hanya symbol bahwa mereka (yang sudah meninggal) ada. Kita memperhatikan mereka dan mereka juga akan ikut makan bersama kita (keluarga yang berkunjung).
Keluarga lalu berdoa bersama – mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal agar selamat sampai tempat keselamatan yaitu ‘surga’.
Acara ziarah ditutup dengan makan bersama. Makanan dan minuman yang dipisahkan untuk arwah tadi akan digabung kembali dan bisa dihidangkan untuk orang-orang yang berziarah.
Anak-anak pun turut hadir membakar lilin untuk keluarganya yang sudah meninggal.
Demikian yang terjadi bahwa tanggal 2 November sudah menjadi hal lazim yang dijalankan dan dihidupi terus-menerus dan tak akan lekang oleh waktu.
Selain tanggal ini, keluarga juga biasanya berziarah ke makam pada hari Minggu Paskah. Hal yang sama pula yang dilakukan di kuburan.
Keluarga bercengkrama setelah doa dan makan bersama di TPU Usapi Buki!
Sejatinya aktivitas ini berkaitan dengan iman dan kepercayaan bahwa ada ‘kehidupan setelah kematian’.
Bahwa orang yang sudah meninggal sebenarnya masih hidup dan ada bersama kita. Kita perlu mendoakan mereka terus-menerus agar hidup mereka tenang di surga. Ada keyakinan juga bahwa mereka yang sudah meninggal bisa menjadi pendoa untuk kita semua.
Jika kita berdoa atas nama mereka maka apa yang kita minta dan harapkan bisa terkabul.
Dalam sejarahnya, nenek moyang orang Timor dahulu kala sudah mengenal agama traditional yaitu Animisme – percaya akan ‘batu dan kayu’. Batu dan kayu dianggap sebagai ‘Usi’ (Tuhan). Misionaris dari negeri Barat kemudian memperkenalkan agama Katolik. Agama ini tidak menghapus tradisi lokal, tetapi memperbaharuinya. Bahkan gereja mengadopsi kearifan lokal dan memberikan tempat khusus agar tradisi-tradisi lokal tetap hidup dan lestari.
Seperti ziarah ke makam setiap tanggal 2 November. Gereja universal sudah mengakuinya dan mengkhususkan tanggal ini sebagai hari devosi kepada semua arwah orang beriman yang sudah meninggal dunia.