indotimex.com Jakarta – Palma merupakan pintu gerbang Pekan Suci atau awal dimulainya pekan suci. Dalam perayaan Minggu Palma kita mengenangkan kembali peristiwa Yesus yang memasuki kota Yerusalem. Dengan memasuki kota Yerusalem, Yesus mewujudkan apa yang pernah disampaikan-Nya kepada para Rasul tentang kesengsaraan, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Hal-hal berikut ini mungkin belum kamu ketahui tentang Minggu Palma.
Dua suasana dalam satu perayaan
Dalam satu perayaan ini terdapat dua suasana yang berbeda dengan perubahan yang sangat mencolok.
Pada awal perayaan diadakan perarakan yang, jika memungkinkan, dimulai dari luar gereja dan diawali dengan ibadat khusus. Imam dan umat berarak sambil melambai-lambaikan ranting dan bersorak Hosana hingga masuk ke gereja untuk mengenang Yesus yang masuk ke kota Yerusalem. Suasana sangat agung tapi meriah.
Namun suasana ini tidak bertahan lama, karena pada pembacaan Injil yang adalah kisah Sengsara, kita mendengar seruan “Salibkanlah Dia!” Maka Minggu Palma juga disebut Minggu Sengsara. Perubahan suasana yang begitu cepat ini menggambarkan hati manusia yang mudah berubah, yang seringkali menjadi penyebab kejatuhan dan ketidaksetiaan kita pada Tuhan serta janji-janji yang telah kita niatkan.
Makna Yesus menunggang keledai
Dalam bukunya, “Yesus dari Nazaret”, Paus Emeritus Benediktus XVI menjelaskan makna peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem. Dikisahkan dalam Lukas bab 19, mulai ayat 29 dan seterusnya, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya pergi ke kampung dimana mereka akan mendapati seekor keledai muda tertambat yang belum pernah ditunggangi orang. Kedua murid itu dipesan untuk membawa keledai itu bagi Yesus dan, bila ada yang bertanya, mereka harus menjawab bahwa Tuhan memerlukannya.
Kisah ini sebenarnya memiliki makna yang sangat mendalam. Masuk ke kota Yerusalem dengan menunggangi binatang adalah gambaran keagungan Yesus sebagai Raja. Namun, binatang yang ditunggangi-Nya adalah seekor keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang lain. Menurut Paus Emeritus Benediktus XVI, hal itu menggambarkan bahwa Yesus tidak membangun kekuasaan-Nya di atas kekerasan. Dia masuk dengan agung ke Kota Yerusalem bukan untuk ‘menantang’ pemerintahan Romawi. Yesus ingin menunjukkan bahwa kekuasaan-Nya berbeda. Dia adalah Raja Damai yang lembut dan miskin, yang berkuasa bukan dengan senjata dan kekerasan, melainkan dengan cinta kasih dan pelayanan.
Ranting palma
Daun yang kita gunakan dalam perayaan ini adalah daun palma. Hal ini karena memang di daerah Timur Tengah, daun ini mudah ditemukan di mana-mana. Namun, secara liturgis, dapat pula digunakan ranting dari pohon lain, terutama di tempat-tempat dimana pohon jenis palma tidak tumbuh. Jadi dapat digunakan ranting dari tanaman lokal, seperti misalnya ranting Pohon Zaitun, Gandarusa, Pohon Cemara, atau pohon-pohon lainnya.
Ranting yang telah diberkati ini harus diperlakukan dengan hormat. Biasanya kita bawa pulang dan diletakkan di tempat istimewa seperti disematkan di salib Tuhan. Mengapa? Tentu bukan untuk jimat atau penolak sial maka diletakkan di atas pintu masuk rumah.
Ranting palma atau ranting tanaman yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Palma adalah simbol kedamaian dari Sang Mesias. Palma sendiri digunakan sebagai simbol kemartiran. Oleh karena itu, menyimpan ranting palma yang sudah diberkati di rumah, terutama adalah kesaksian iman kita akan Kristus, Sang Raja, Sang Mesias dan Sang Pemenang atas kematian. Sebagai murid-Nya kita pun ingin menjadi penabur damai dan untuk itu, kita bersedia hidup sebagai martir yang rela mengurbankan kenyamanan dan kepentingan diri sendiri demi Tuhan dan kebaikan sesama.

Arti Hosana
Dalam Injil Yohanes bab 12, dikisahkan bahwa orang banyak mengelu-elukan Yesus dengan berseru HOSANA. Pada jaman Yesus, kata itu memiliki nuansa mesianik dan ketika diteriakkan oleh orang banyak, merupakan luapan perasaan sukacita dan pujian mereka kepada Allah karena saat itu mereka percaya penantian mereka akan datangnya Sang Mesias telah berakhir.
Arti kata itu sendiri yang merupakan bahasa Ibrani adalah ‘selamatkanlah kami’. Jadi, selain pujian dan luapan sukacita, kata Hosana adalah sebuah doa yang bermuatkan keyakinan bahwa tongkat pemerintahan Daud akan dipulihkan, bahwa Allah akan merajai Israel.
Sumber Misionaris Claris Indonesia