INDOTIMEX.COM- Aliansi Mahasiswa Manggarai Raya (AMMARA) Kupang mengecam keras tindakan represif yang dilakukan aparat keamanan terhadap masyarakat Pocoleok pada 2 Oktober 2024.
Demikian disampaikan dalam rilis yang diterima tim media melalui pesan Video WhatsApp pada Kamis (3/10).
Ketua Umum AMMARA menyatakan bahwa, aparat keamanan terlibat dalam kekerasan fisik dan penangkapan sewenang-wenang terhadap warga yang berusaha mempertahankan tanah ulayat mereka.
“Masyarakat adat memiliki hak konstitusional untuk mempertahankan tanah ulayat, yang merupakan bagian penting dari identitas dan kehidupan mereka,” tegas AMMARA dalam pernyataannya.
Dalam Pers rilis tersebut, AMMARA mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran HAM serius yang harus diperhatikan.
“Kami menilai tindakan kriminalisasi terhadap masyarakat Pocoleok adalah pelanggaran HAM yang serius dan hal ini dapat memicu ketegangan sosial yang lebih luas,” ujarnya.
Pihak Aliansi juga menyoroti perlakuan represif aparat keamanan berupa kekerasan fisik untuk membungkam masyarakat yang menuntut keadilan.
“Penangkapan sewenang-wenang dianggap mencerminkan kurangnya penghormatan terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia,”ungkapnya .
Lebih lanjut, pihak aliansi menuntut agar menindak tegas oknum aparat yang terlibat dalam kekerasan tersebut.
“Dengan tegas kami minta kepada Kapolres Manggarai dan Kapolda NTT untuk menindak tegas oknum-oknum aparat yang terlibat dalam aksi tersebut,”
Tidak hanya itu, pihak AMMARA juga mengkritik peran Babinsa, yang seharusnya menjadi penengah antara masyarakat dan aparat, namun justru ikut terlibat dalam bentrokan.
“Seharusnya mereka (Babinsa) menjadi orang tengah yang harus membantu masyarakat, bukan terlibat dalam aksi saat itu,” kritiknya.
Dari Insiden tersebut, AMMARA menilai bahwa bentrokan antara aparat keamanan (Polisi, Babinsa, dan Satpol PP)
Tidak memperlihatkan sesuatu yang baik dengan masyarakat yang hanya bersenjatakan bambu runcing.
Pihak Aliansi Mahasiswa Manggarai Raya juga mengapresiasi aliansi mahasiswa di Kota Ruteng
yang telah merespons dengan cepat insiden tersebut, serta mendukung perjuangan masyarakat Pocoleok.