Masalah pertama yang menguji adrenalin ku antara Masuk ke lokasi dan tidak karena ngk ada tempat parkirnya masih tradisionil dan apa adanya, di tengah hutan.
Sambil berdiri bingung datang 3 orang lelaki rupanya anak asli wilayah ini. Aku memberanikan diri bertanya, ” permisi Kaka mau nanya, ini bukit Fatunisuan ya? Di jawab iya nona, ayo kenalan dululah biar ngk sungkan nanya, ternyata 3 lelaki itu adalah inisial nama dengan inisial A, N dan W. Aku nanya lagi boleh tahu untuk ke puncak masih jauh? Di Jawab W tidak nona kira – kira 200 meter, tempat ini bagus, adem, sejuk dan original lagi.
Sembari berjalan ke puncak W bercerita bahwa pada beberapa tahun lalu tempat ini di exploitasi oleh pengusaha marmer dari Negara Taiwan sehingga kondisinya begini kalau tidak pasti kelihatan alamiah, habis di tinggal pergi? Iya setelah ambil hasil pengusaha itu pergi sampai sekarang.
Tersadar di puncaknya, woow so Amazing Keliatanya indah, pandanganya luas dan jauh
Sambil pose dan bercerita ternyata aku sadar ada satu sosok lelaki yang memegang kameraku membuatku terpanah asmara, dialah W
Aku takut jatuh cinta namun tersadar diapun merespons dengan isyarat, aku terpanah. Tempat marmer merah Fatunisuan ini akan buatku rindu untuk kembali, yah karena rindu.