indotimex.com, Wanita Pekerja Seks (WPS) atau pramuria di Lokalisasi Kilo 10, Kampung Kadun Jaya, Timika mengeluhkan makin sepinya pelanggan.
Saking sepinya, beberapa wisma kini terpaksa menutup usahanya.
Koordinator Pramugaria Kilo 10 Kenny cerita, sepinya pelannggan paling terasa sejak masuk 2023. Penghasilan dari jasa seks yang mereka tawarkan, katanya, hanya cukup buat makan.
“Sangat terasa sekali sepinya, apalagi tiga bulan terkahir ini. Banyak keluhan di sini, karena memang sangat sepi, dapat buat makan saja itu sudah bersyukur,” ujar Kenny, Jumat (09/10/2023).
Menurutnya, sepinya pelanggan karena makin maraknya penggunaan aplikasi online seperti MiChat oleh pekerja seks di luar lokalisasi. Belakangan ini, mereka hanya mengandalkan pelanggan tetap.
“Terakhir kita merasakan ramainya itu ketika kapal sandar di Pomako pada April 2023 lalu,” katanya.
Banyak penghuni Kilo 10 mencoba beradaptasi dengan ikut menggunakan MiChat. Tapi jarak lokalisasi dengan Kota Timika jadi kendala.
“Ada yang menggunakan Mi-Chat juga, tapi ya bagaimana, harga sudah tidak sesuai, mending langsung face to face dan tawar di tempat,” katanya.
Saat ini Pramuria di Lokalisasi tersisa sekitar 200 orang yang tersebar di 21 wisma.
Sebelum bekerja, mereka mesti melewati prosedur berupa pemeriksaan kesehatan. Jika dinyatakan sehat, mereka boleh bekeja. Usianya dibatasi, minimal 19 tahun dan maksimal 34 tahun.
Mereka pun rutin diperiksa setiap bulan, yang terbukti terinfeksi IMS dipulangkan ke daerah asal.
“Karena sesuai Perda kan. Sedangkan di luar Kilo 10 itu tidak ada jaminan hukum. Kalau di sini setiap bulan ada pemeriksaan rutin dari KPA, Dinsos dan lainnya,” kata penghuni Wisma Melati Indah ini.
Atas situasi itu, Pramuria di Kilo 10 berencana bertemu Dinas Sosial dan anggota DPRD Mimika untuk mencari solusi