Akhir Pekan di Temani Karpet Hijau Fulan Fehan Seolah Berada di New Zealand

Foto: Menikmati keindahan Sabana Fulan Fehan/ Olivia Bilasi (Dok Pribadi)

Olivia Bilasi/ FX. Mario Meol

 

INDOTIMEX.COM – Pernahkah anda mendengar nama dengan sebutan Fulan Fehan? Tapi jangan salah dulu, ini bukan nama orang, melainkan nama sebuah tempat yang indah di Nusa Tenggara Timur.

Tak percaya? Datang saja ke kaki Gunung Lakaan di Atambua kabuapaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Fulan Fehan terlihat seperti hamparan karpet hijau alami yang begitu memanjakan mata sekaligus mengobati batin.

Untuk menghindar dari hiruk pikuk, keramaian di kota, tak jarang banyak orang ingin mencari ketenangan yang indah untuk sekedar mengisi kembali energi dari kesibukan. Nah, pembaca sekalian kalau mengisi hari liburan, biasanya ke mana ya?

Banyak yang menjadikan puncak pegunungan menjadi salah satu destinasi wisata utama yang dikunjungi di hari libur, seperti misalnya yang terkenal Puncak Bogor, ataupun kedaerah wisata Gunug Kidul, Yogyakarta. Tak terkecuali daerah NTT sendiri banyak loh pembaca, lokasi wisata yang berada di daerah pegunungan.

Menuju Wisata Fulan Fehan, Atambua Kabupaten Belu

Foto: Menikmati keindahan Sabana Fulan Fehan/ Olivia Bilasi (Dok Pribadi)

Sekira berkendara kurang lebih  8 (delapan) jam dari Kota Kupang, menuju kota Atambua, Kota perbatasan antara NKRI dan RDTL (Timor Leste), terdapat salah satu destinasi Wisata pegunungan hijau yang sangat populer kini dan terkenal  terkenal yaitu Fulan Fehan. Dari pusat kota Atambua ke Fulan Fehan membutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.

Kebetulan berada di salah satu kabupaten tetangga yang berbatasan langsung dengan Atambua kabupaten dimana wisata itu, saya bersama teman – teman membutuhkan kurang lebih 4 jam hingga tiba di Fulan Fehan

Pukul 09.00 WITA, Saya bersama teman- teman memulai perjalanan menggunakan sepeda motor dari rumah di kota Kefamenanu. Sebelum memulai perjalanan kami sudah menyiapkan segala keperluan seperti, air minum, makanan ringan, dan mengisi bensin. Perjalanan dimulai sejak siang, agar setibanya kami di puncak Fulan Fehan, matahari tepat di atas kepala dan kita dapat melihat pemandangan Fulan Fehan saat cerah.

Baca Juga :   Dibalik Promo Bunga Bank, Tabungan Nasabah Rp100 Juta Raib, Karyawan Bank BRI Atambua Dilaporkan Ke Polda NTT

Hal ini dikarenakan konon ceritanya setelah jam 13.00 WITA, Fulan Fehan akan mulai tertutup kabut yang tebal dan udaranya menjadi sangat dingin. Kami tiba di puncak Fulan Fehan sekitar pukul 12.00 WITA.

Foto: Menikmati keindahan Sabana Fulan Fehan/ Olivia Bilasi (Dok Pribadi)

Selama dalam perjalanan, kita akan disuguhkan indahnya wilayah Atambua bagian timur yang dipenuhi persawahan dan bukit-bukit kecil. Untuk menuju ke sana, wisatawan harus melewati beberapa jembatan yang melewati Sungai Kali Talau, sungai terbesar yang mengelilingi kabupaten Belu. Hal uniknya, banyak daerah disekitaran Fulan Fehan yang dinamakan dengan awalan kata WE dalam bahasa daerah yang berarti Air, seperti Wedomu dan Weluli. Oleh karena itu, identik dengan daerah Atambua Timur yang kaya akan mata airnya.

Untuk sampai di puncak Fulan Fehan, wisatawan dapat melalui dua jalur yaitu Desa Dirun atau Desa Maudemu. Desa Dirun adalah jalur pertama atau disebut jalur lama menuju Fulan Fehan. Jalanan yang dilalui cukup baik, tidak banyak bagian berlobangnya, hanya saja untuk tiba di puncak kita harus mendaki sangat tinggi. Sering kendaraan tidak dapat naik, saking tingginya pendakian yang harus ditempuh, sehingga banyak dari antara pengunjung menyimpan mobilnya di bawah atau di Desa Dirun kemudian berjalan kaki untuk mendaki. Sementara jalur baru mengikuti Desa Maudemu, lebih mudah untuk dilalui karena jalur jalan rayanya langsung tiba di Puncak Fulan Fehan dengan trek yang cukup rata

Foto: Menikmati keindahan Sabana Fulan Fehan/ Olivia Bilasi (Dok Pribadi)

Selain itu jalanan berkelok-kelok menuju puncak Fulan Fehan dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar dan menjulang tinggi. Pohon-pohon ini diperkirakan sudah tumbuh ratusan tahun, seperti pohon jati kayu putih dengan bentuk cabang-cabangnya yang menarik dan sangat banyak jumlahnya. Kemudian terdapat juga pohon pinus yang tumbuh berjajar rapi dengan alami begitu saja. Sunggu kebesaran Sang pencipta alam semesta.

Baca Juga :   Pengacara Terdakwa Rio Da Costa Menilai Pernyataan JPU Belu Tidak Sesuai dengan Fakta Persidangan

Setibanya di puncak, terdapat Rest Area dan beberapa pondok yang masih dalam tahap pembangunan. Kita juga disediakan beberapa spot foto yang sengaja dibuatkan, seperti teras, dan gerbang masuk Fulan Fehan. Tersedia juga beberapa penjual yang menjajakan makanan bagi mereka yang lapar maupun sekedar ingin menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi panas. Eitss, tenang saja walaupun sudah tersedia beberapa spot buatan, dan penjual, keasrian dan kelestarian serta keindahan Fulan Fehan yang alami tidak tertandingi.

“Eksotis itulah salah satu kata dari ribuan kata indah yang dapat menggambarkan lembah dengan sabana yang luas ini. Kecantikan nan misterius mengundang banyak teka-teki bagi pecinta lorong-lorong indah negeri ini,”

Foto: Menikmati keindahan Sabana Fulan Fehan/ Olivia Bilasi (Dok Pribadi)

Keindahan Sabana ini menurut Olivia mirip padang rumput di New Zealand yang Tuhan titipkan di bumi pertiwi untuk jiwa-jiwa yang belum bisa menebus tapal dan batas negeri ini, karena bukan hanya masalah waktu yang menjadi penghambat untuk sampai ke padang rumput di benua biru namun juga biaya yang tidak sedikit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *