Oleh: Nikodemus Pedor/ Kepala Sekolah St. Antonius Boganatar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Seluruh lini kehidupan manusia berubah. Ilmu pengetahuan didapat dengan begitu mudah, segala sesuatu ada di ujung jari. Dunia ada dalam genggaman, memilliki sebuah gadset dan pulsa data maka segalanya bisa didapat dengan mudah.
Dengan demikian apakah masalah memperoleh pendidikan sudah selesai?
Apakah tidak perlu guru lagi untuk memperoleh pendidikan?
Apakah generasi kita sudah sangat siap menghadapi perkembangan dan tantangan zaman, tanpa bimbingan guru?
Sudah siapkah anak- anak kita menghadapi kemajuan zaman?
Dan masih banyak pertanyaan yang menjadi bahan reflkesi untuk kita semua.Apakah guru masih diperlukan atau tidak?
Berbagai masalah masih banyak menimpa anak anak kita. Semangat untuk memperoleh pendidikan masih sangat rendah. Mental instant menjadi cirikhas kita.
Budi pekerti dan aklhak mulia masih menjadi harapan yang sepenuhnya terwujud. Semangat gotong royong mulai memudar. Kemandirian dan kreatifitas masih rendah dan masih banyak kendala yang kita hadapi bersama agar generasi kita kedepan menjadi benar benar generasi harapan bangsa sesuai dengan yang dirumuskan dalam profil pelajar Pancasila.
Pada titik inilah peran seorang pendidik sangat dibutuhhkan agar generasi tidak hanya mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi tapi juga harus memiliki nilai nilai luhur Pancasila didalam dirinya.
Untuk mewujudkan generasi demikian maka seroang pendidik juga perlu memiliki terlebih dahulu sebelum mendidik anak bangsa.
Lalu menjadi pertanyaan juga ,apakah para pendidiknya sudah siap?
Hari ini tepatnya tanggal 25 Nop 2023 dan pada tangga lbulan yang sama pada tahun tahun yang sudah lewat dan yang akan datang kita menyaksikan ribuan ucapan selamat untuk para pendidik di seluruh Indonesia.
Berbagai slogan disematkan pada para guru. Nyanyian Hymne guru dan tirmakasih guruku dikumandangakan ke segala arah.
Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa. Pelita dalam kegelapan. Embun penyejuk ditengah kegersangan. Guru bukanlah orang yang hebat tapi dari guru lahir semua orang hebat.
Begitulah sekelumit slogan yang sempat penulis dengar dari sekian banyak slogan yang disematkan kepada para guru pada hari ini.
Mereka seakan akan diterbangkan ke langit lalu akan dibiarkan jatuh sendiri begitu hari telah lewat.
Apakah ada yang salah dengan slogan tentang guru tersebut?
Rasanya tidak yang salah tergantung dari sudut mana kita memaknai. Seorang pahlawan sesungguhnya adalah orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi membela kehormatan orang lain atau demi bangsa dan Negara.
Guru adalah pahlawan demi anak bangsa ini, maka menjadi guru adalah sebuah tugas sangat mulia. Seorang guru dituntut punya sikap rela berkorban tanpa syarat. Ia harus merelakan waktu, tenaga dan kenyamanan hidup untuk mendidik anak anak dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya, adat istiadat yang beraneka ragam agar bisa berkembang menjadi generasi yang unggul dan siap beradaptasi dengan perkemabangn zaman.
Ia harus menjadi obor dalam kegelapan yang rela membakar diri samapai habis agar generasi ini tidak berjalan dalam kegelapan. Ia harus menjadi embun disaat kegersangan melanda anak didik yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang.
Masih banyak peran yang harus dilakoni seorang guru agar anak didik menjadi mutiara ditenagah dunia. Dengan sejumlah tuntutan tugas dan tanggungjawab ini maka seorang guru perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin dan belajar sepanjang hayat dan juga perlu mendapatkan hak yang seimbang dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban.
Sudahkah para guru sekalian menyiapkan diri dan sudahkah mendapatkan hak haknya?
Sebelum menjadi guru seseorang harus menempuh pendidikan minimal jenjang sarjana dan pendidikan profesi guru (ppg) agar layak.
Seorang guru mengatongi ijasah dan juga sertifikat pendidik. Bagi yang belum pemerintah membuka kesempatan PPG setiap tahun sehingga kelak seluruhnya memiliki sertifikat pendidik.
Demi meningkatkan kualitas ada berbagai program telah diluncurkan antara program guru penggerak dan lainnya. Semua ini agar seorang guru benar benar menyiapkan diri sebagai pahlawan, obor, embun, akar, dan lain lain. Pada hari guru ini mari kita merefleksikan diri kita masing masing, sudah sejauh mana saya menyiapkan diri.
Tanpa persiapan yang matang maka bisa saja kita menjadi pahlawan tapi pahlawan kesiangan, gugur tanpa hasil apa apa.Kita menjadi obor tanpa minyak yang tidak berguna saat kegelapan tiba. Kita menjadi akar yang rapuh sehingga pohonnya layu tidak berbuah.
Kita harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kita harus merawat diri agar segala tingkah laku dan perbuatan kita menjadi contoh bagi sesama. Sebuah pepatah berbunyi
”Guru kencing berdiri,
murid kencing berlari”.
Jika guru memberi contoh yang salah maka rusaklah generasi ini. Masih banyak masalah yang kita alami seperti rendahnya rapor mutu kita.
Tingkat literasi dan numerasi masih berada diurutan buntut dari sekian banyak Negara. Masih banyak masalah sosial karena rendahnya iman dan tagwa, rasa solidaritas yang masih rendah, masih ada tindakan bullying dan kekerasan di lingkuangan sekolah.
Semua menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua yang berprofesi sabagai guru agar terus belajar dan berbenah agar dari guru yang hebat lahir generasi yang luar biasa. Salam untuk kita semua