Yang datang tiba-tiba
Tanpa pemberitahuan
Tanpa peringatan
Tanpa memberi arah. Syair, Nona
Aku mengenalmu belasan tahun lalu
Tak ada kesan yang khusus
Mungkin tangan kita berjabat
Tapi hanya untuk sopan santun
Bertahun kemudian, kita bertemu lagi
Tiba-tiba
Kau datang bawa harap
Untuk berjalan bersama
Aku kebingungan
Tak ingin menolak
Tapi juga enggan menerima
Pertanyaanku kala itu cuma satu:
Bagaimana bisa kau jatuh cinta padaku?
Jika kita jarang bertemu
Tak pernah bercakap
Dan sebenarnya masih cukup “asing”
Tahun berganti
Kita masih berhubungan baik
Komunikasi kita terjaga
Sesekali kita bertemu
Bertegur sapa dengan sopan
Sesekali kita bercakap
Berdiskusi tentang ini dan itu
Tapi, ya itu saja
Tak ada yang istimewa
Hingga suatu waktu
20 hari yang lalu
Kita bertemu lagi
Dalam situasi yang lebih formal
Kau tampil luar biasa
Membuat orang-orang berdecak kagum
Tak henti aku tersenyum
Menyaksikan bagaimana kau bertumbuh
Jadi manusia yang hebat.
Ada saat tangan kita saling menggenggam
Tapi tidak terasa formal
Rasanya menyenangkan bagiku
Walau kutahu kau begitu kaku
Waktu lalu memisahkan kita
Memaksa kita kembali pada realita
Ada pengorbanan
Ada penyesalan
Ada kenangan
Tapi, kita kembali ke hidup masing-masing
Anehnya, temu itu berkesan
Kesan itu mencipta ratusan percakapan
Setiap hari
Kesan itu memberi alasan kita berpuisi
Karena tak kuasa menahan rasa
Yang datang tiba-tiba
Tanpa pemberitahuan
Tanpa peringatan
Tanpa memberi arah
Percakapan itu sangat beragam
Kadang receh
Menimbulkan tawa
Kadang serius
Memaksa otak berpikir
Tiba-tiba kita terbiasa
Saling mencari
Saling menunggu
Saling memberi kutipan menjelang tidur
Saling peduli
Rasanya kita tersenyum
Di sudut kamar masing-masing
Tiba-tiba
Ritual ini menyenangkan
Tak bisa tidak dilakukan
Tiba-tiba
Serasa perlu memberi update
Tiba-tiba
Serasa perlu meluangkan waktu
Tiba-tiba
Memulai percakapan tak lagi canggung
Tiba-tiba
Saling berkabar harus selalu jadi penutup hari
Ya
Semua tiba-tiba
Tapi ini tiba-tiba yang indah
Tiba-tiba yang berharga
“Tiba-tiba”