Jacob Ereste : Leadership With Statesmanship Sebagai Watak dan Sikap Kenegarawanan

Karena itu, ketimpangan hidup rakyat perlu segera diatasi. Daulat rakyat harus dikembalikan. Pemerataan dan azas keadilan juga segera dipulihkan. Hingga budaya korupsi, berjanji bohong tak hendak mendengar aspirasi rakyat harus dan wajib dibersihkan.

Baca juga Ikuti Vestifal Budaya Mozambik, Jokowi Mengaku ada Kesamaan

Jika etik profetik — tuntunan dan ajaran yang dibawa oleh para Nabi ke bumi untuk manusia — dan dapat menjadi pegangan bersama, maka kemarahan rakyat hingga terpaksa menggunakan diksi tolol dan bajingan itu tidak akan pernah terjadi di negeri ini.

Keterkaitan antara statesmanship dengan leadership bisa lebih dipahami dalam perspektif tradisi budaya leluhur kita, yaitu “hasta brata” seni kepemimpinan untuk negara dan bangsa yang meliputi watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dengan simbol, matahari, bukan, bintang, angin, air, samudera, bumi dan api. Di dalam simbol itu meliputi anabling leader, team building leader, visioning and master leader, soul-mate leader, democratic leader, creative, wise and decesive leader, prosperity leader, dan justice and lawful leader.

Setidaknya untuk kukuhnya sikap dan sifat kenegarawanan, ungkap Prof. Sri-Edi Swasono bisa juga mengacu pada trilogi kepemimpinan Ki. Hajar Dewantoro, “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso”, dan “tut wuri handayani”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *